Rabu, 03 Desember 2008

Kreasi Bunga Cantik


Dan mulailah jari-jemari kasarnya menari, melilitkan kawat pada alat bantu, 
lalu melingkarkan benang pada pola kuntum yang terbuat dari kawat tersebut dengan rapi

Warna-warni kuntum yang tertata rapi dalam pot menarik hati untuk mendekatinya. Terbuat dari kawat dengan lilitan benang wol berbentuk daun yang dirangkai menjadi sekuntum bunga. Ada benang sari cantik yang turut menghiasinya. Sehingga menambah kesan cantik nan menarik. Siapa menyangka. Jejeran kembang berwarna-warni dalam pot tersebut hasil kreatif tangan-tangan kasar seorang lelaki paruh baya asal Malang.  Dibantu alat pelilit kawat yang dibuatnya sendiri sebagai alat bantu, ia mengais rezeki di kota Apel tersebut untuk membiayai sekolah dua orang putranya yang masih kecil. 
Namanya Imam Andrianto (40 tahun). Sehari-hari, ia menjajakan kreativitasnya itu berpindah-pindah. Kadang di kota Malang, hingga ke Batu. “Saya belum punya tempat, mbak. Lha wong, untungnya setiap hari juga nggak seberapa, cumin cukup buat makan. Itu aja sudah alhamdulillah, “ kata pria berkumis ini, yang mengaku tidak pernah mengecap manisnya bangku pendidikan, Sekolah Dasar sekalipun.  “Tapi, saya bisa menulis nama sampeyan lho, hehe.., “ ucapnya sambil tersenyum. 
Persaingan yang begitu besar di dunia pasar, membuatnya tidak cukup berani untuk menembak konsumen di level menengah ke atas.  Sehingga, dengan segala keterbatasannya itu, segmen yang selalu digarap dan tertarik dengan karya-karya tangannya adalah kebanyakan dari ibu-ibu yang tergabung dalam kumpulan PKK atau Dharmawanita kelas kelurahan dan anak-anak sekolah, yang notabene, membutuhkan sebuah kerajinan tangan, karena tuntutan pelajaran seni di sekolah. Walhasil, setahun ini, belum ada perkembangan yang berarti dari sisi omset penjualan. 

Memaksakan Diri untuk Tahu

Untuk memulai sesuatu yang baru, pastilah dibutuhkan ilmu. Hal ini, juga dirasakan oleh Pak Imam. Karena selama ini, ia sama sekali tak pernah bergelut dengan dunia rangkai-merangkai bunga atau kerajinan seperti halnya wanita. Sebelum menekuni kreasi bunga dari benang wol ini, ia lebih banyak bergaul dengan mesin-mesin motor dan minyak pelumas di bengkel. Singkatnya, bidang yang digelutinya, dulu, adalah seratus persen berbau lelaki. Olehnya, saat saudaranya mengajak Pak Imam untuk membantu usahanya yang bergerak di bidang seni merangkai bunga ini, di Sidoarjo, di bagian penjualan alat, cukup lama ia berpikir.  Namun, karena tak ada pilihan lain, ia akhirnya menerima. Di mulailah petualangannya untuk menjual alat sekaligus awal dirinya belajar menekuni pekerjaan tangan wanita yang halus tersebut.
“Mulanya cukup sulit. Tapi, seiring waktu, dengan memaksakan diri, saya akhirnya bisa membuatnya, “ aku Pak Imam bangga. Selang beberapa lama ia membatu usaha sang kakak tersebut, ia lalu memutuskan untuk  memulai sendiri tapi berpindah lokasi. Niatnya kemudian di utarakan pada sang kakak. Dan akhirnya, dengan modal Rp 50ribu, itupun murni pemberian darinya, Pak Imam menapaki karir barunya, sebagai penjual bunga. Dulu, tangannya saban hari terlumuri oleh hitamnya oli dan aroma mesin-mesin di bengkel milik kenalannya dan bermain dengan setir mobil sebagai supir. Tahun 2007 silam, merupakan langkah awal kakinya berpijak pada usaha kreasi bunga dari kawat sederhana dan warna-warni benang wol.
Uang sejumlah Rp 50ribu itu, dipakainya untuk membeli bahan. Karena alat bantu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan kuntum-kuntum bunga telah diberikan gratis oleh saudaranya. Beberapa gulung benang wol warna-warni, kawat kecil dan kawat yang agak keras didapatnya.  Dan mulailah jari-jemari kasarnya menari, melilitkan kawat pada alat bantu, lalu melingkarkan benang pada pola kuntum yang terbuat dari kawat tersebut dengan rapi. Tak lama, jadilah satu kuntum daun. Tangannya bergerak lagi dengan lincah, melakukan hal yang sama, hingga beberapa kuntum dengan warna yang sama terkumpul.  Selanjutnya, kuntum-kuntum tersebut dirangkai menjadi bunga yang cantik.

Senang Membagi Ilmu

Minggu pagi di lapangan Rampal Malang, suami dari Giyanti Tia Pramanti ini telah siap menjajakan hasil kreativitasnya.  Senyum terus mengembang diwajahnya. Sesekali, segelas kopi manis yang tak jauh dari tempatnya duduk, di minum untuk membasahi kerongkongannya.  Tak lama, beberapa wanita muda mendekat, lalu mengambil posisi jongkok sambil mengamati bunga-bunga yang terpajang.
Dengan senang, Pak Imam melayani calon pembelinya.  Dan ketika diminta untuk mengajarkan cara membuat bunga-bunga cantik itu, dengan sigap, ayah dua putra ini menjelaskan secara detail. Dimulai dari memegang alat untuk membuat pola kuntum, lalu cara melilitkan benang wol dan memberi benang sari, kemudian merangkainya menjadi sebuah bunga cantik.  Dengan sabar, Pak Imam menjelaskan kembali, saat wanita tersebut bertanya karena merasa belum jelas. Akhirnya… “Alhamdulillah, ada yang beli lagi…,” ucapnya sambil mengantongi uang sejumlah lima belas ribu rupiah.
“Jujur mbak, saya sangat senang, jika ada yang membeli bunga saya.  Kenapa? Karena, sebenarnya, mereka tidak hanya mendapatkan ilmu tentang bagaimana membuat bunga seperti ini, tapi juga memiliki alatnya. Kelebihan alat ini adalah tahan lama, bisa sampai setahun koq mbak, g bakalan rusak, insyaAllah. Trus, hanya bisa didapatkan di sini, di tempat saya, karena ini buatan sendiri. Ketiga, ia akhirnya dapat menularkan ‘ilmu’ saya kepada orang lain. Kan, akhirnya, jadi banyak yang bisa tuh.., “ jelasnya panjang lebar sambil berpromosi.
Itulah sosok Pak Imam.  Sedikit saja ilmu yang dimilikinya, dengan senang hati dibagi kepada orang lain.  Meski sekedar bertanya tanpa membeli bunganya sekalipun, ia tak pernah mempersoalkan. “Saya hanya ingin orang lain tahu, apa yang saya tahu, “ tegasnya. Baginya, adalah sebuah kesyukuran, jika setiap hari, ia bisa memberikan uang belanja kepada istrinya sekitar Rp 30rb.  “Ya, cuman segitu mbak pendapatan saya setiap hari.  Syukurnya, istri saya juga ikut meringankan ekonomi keluarga.  Dia buka usaha jahitan di rumah. Alhamdulillah, bisa buat makan dan bayar sekolah anak saya yang sulung, “ tuturnya sambil sesekali menghirup rokoknya dalam-dalam lalu menghembuskannya lepas.
Di akhir bincang, Pak Imam sangat berharap, suatu hari bisa memiliki tempat atau stand untuk berjualan. Ia juga termotivasi untuk mengikuti pameran-pameran sebagai sarana promosi, sebagaimana yang pernah diikutinya, saat bekerja dengan orang lain, beberapa tahun lalu. “Saya ingin diberi kesempatan dan peluang untuk bisa mengenalkan kreasi bunga ini pada orang-orang. Biar bukan anak sekolah atau ibu-ibu PKK saja yang berminat, tapi, kalau bisa semua perempuan. Karena, ini sangat mudah dan alatnya juga murah” harapnya dalam. Amin…

Alamat Usaha :
Bapak Imam Andrianto
Jl Karya Barat No. 1
Kel. Purwantoro, Kec. Blimbing  Malang
HP. 0878 5906 5803

Tidak ada komentar:

Posting Komentar